Kumpulan Askep Skripsi Pathway Tesis Keperawatan Kesehatan

Rabu, 17 Agustus 2016

Askep DADS NIC NOC

Askep DADS NIC NOC
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare adalah  penyakit dimana terjadi perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. Menurut WHO 1984 mendefinisikan diare sebagai berak cair 3x atau lebih dalam sehari semalam (24jam). Diare dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keadaan lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan masyarakat, gizi, kependudukan, pendidikan, dan keadaan sosial. Penyebab diare adalah virus, bakteri, parasit, keracunan makanan, malabsorbsi, alergi dan imunodevisiensi. Penyakit diare dapat menular melalui orofekal (Widoyono,2011).
Menurut jurnal penelitian yang lain faktor yang menimbulkan penyakit diare pada balita antara lain adalah faktor lingkungan, faktor ibu, faktor balita, dan faktor sosial ekonomi. Faktor lingkungan meliputi sarana air bersih (SAB), jamban, saluran air pembuangan limbah (SPAL), keadaan rumah, tempat pembuangan sampah, kualitas air dan kepadatan hunian. Faktor ibu meliputi pengetahuan, perilaku dan hygiene ibu. Faktor anak meliputi gizi dan pemberian ASI esklusif. Sedangkan faktor sosial ekonomi yang paling berpengaruh terhadap terjadinya diare pada balita adalah faktor pendapatan keluarga (Wiku Adisasmito:2007).
Akibat dari diare anak akan kehilangan sejumlah cairan dan elektrolit tubuh karena muntah dan diare yang cair. Anak menjadi dehidrasi, mulai dari dehidrasi ringan sampai dehidrasi berat, bahkan sampai kematian. Pada dehidrasi ringan, berat badan (BB) anak turun sekitar 0 - 5%, namun ia masih bisa beraktivitas (misalnya, jalan-jalan). Pada dehidrasi sedang, BB anak akan turun sebanyak 5 - 10%, ia merasa kehausan dan masih bisa duduk. Jika sudah dehidrasi berat, BB anak turun lebih dari 10%. Selain itu, ia merasa lemas, haus berat dan sering mengigau (Parenting : 2013).
Menurut data United Nations Children's Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare (Okezone : 2010).
Di Indonesia sendiri, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460 balita setiap harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi, di mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5 tahun. Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orang tua memberikan perawatan pertama saat anak terkena diare (Okezone : 2010).
Bila dilihat per kelompok diare tersebar disemua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%. Sedangkan menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9.1% pada perempuan. Prevalensi diare lebih banyak di pedesan dari pada di perkotaan yaitu sebesar 10 % di pedesaan dan 7,4 % di perkotaan. (Laporan Kementrian Kesehatan RI : 2011).
Di Indonesia berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5 %.  Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah TB dan Pneumonia. Untuk angka kesakitan diare balita tahun 2000-2010 tidak menunjukkan pola kenaikan dan penurunan (berfluktuasi) tapi masih tinggi. Pada tahun 2000 angka kesakitan balita adalah 1.278 per 1000 turun menjadi 1.100 per 1000 pada tahun 2003 dan naik lagi pada tahun 2006 kemudian turun pada tahun 2010. Proporsi terbesar penderita diare adalah kelompok umur 6-11 bulan yaitu sebesar 21,65 % lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar 14,43 %, kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37 %, sedangkan proporsi terkecil pada kelompok umur 54-59 bulan yaitu 2, 06 %. (Laporan Kementrian Kesehatan RI : 2011).
Berdasarkan data diatas kami tertarik untuk membahas tentang “ Asuhan keperawatann klien dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang di IGD RS Keluarga Sehat Pati”.


B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum 
Mengaplikasikan asuhan  keperawatan pada pasien Diare Akut Dehidrasi Sedang.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pembahasan dan seminar terkait asuhan keperawatan pada pasien Pneumonia, diharapkan mahasiswa dapat:
1) Mengetahui dan memahami dengan baik dan benar terkait asuhan keperawatan pada pasien Diare Akut Dehidrasi Sedang.
2) Menjelaskan konsep dasar terkait asuhan keperawatan pada pasien Diare Akut Dehidrasi Sedang.
3) Memberi asuhan keperawatan pada pasien Diare Akut Dehidrasi Sedang.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Diare
Diare (diarrhoea) adalah buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai lender dan darah maupun tidak  (M.C Widjaja : 2008). 
Diare adalah perunahan frekuensi dan konistensi tinja. WHO pada tahun 1984 mendefinisikan diare sebagai berak cair 3x atau lebih dalam sehari semalam (24 jam) (Widoyono : 2011). 
Diare didefinisikan sebagai penegluaran feses yang lunak dan cair. (Pierce A. Grace dan Neil R. Borbley : 2006 )

B. Etiologi Diare
Penyebab diare menurut (Widoyono : 2011) dapat dikelompokkan menjadi :
a. Virus : rotavirus (40-60 %), adenovirus 
b. Bakteri Escherichiacolli (20-30 %), shigella sp. (1-2 %), vibrio colerahe, dan lain-lain.
c. Parasit : entamoeba histolytica (<1%), Giardia lamblia, cryptosporidium (4-11%)
d. Keracunan makanan
e. Malabsorbsi : karbohidrat, lemak, dan protein
f. Alergi : makanan, susu sapi
g. Imunodefisiensi : AIDS

Penyebab diare akut terbesar adalah infeksi virus dari golongan rotavirus. Genus rotavirus merupakan virus golongan RNA yang termasuk dalam family reoviridae. Ada 7 spesies yang sudah berhasil diidentifikasi yaitu rotavirus A (RV-A), B, C, D, E, F, dan G. diameter virus dapat mencapai 100 nm. Virus menagndung 11 segmen RNA yang dilapisi oleh 3 lapisan protein yang berfungsi menahan asam lambung dan enzim-enzim pencerna.  (Widoyono : 2011).

C. Jenis Diare
1. Diare akut
Diare Akut adalah diare yang terjadi sewaktu waktu tetapi gejalanya dapat berat. Penyebabnya sebagai berikut :
a. Gangguan jasad renik atau bakteri yang masuk ke dalam usus halus setelah melewati berbagai rintangan asam lambung.
b. Jasad renik yang berkembang pesat dalam usus halus
c. Racun yang dikeluarkan oleh bakteri
d. Kelebihan cairan usus akibat racun
2. Diare kronis (menahun / persisten)
Pada diare menahun (kronis), kejadian lebih kompleks. Berikut beberapa factor yang menimbulkannya, terutama jika sering berulang pada anak.
a. Gangguan bakteri, jamur, dan parasit
b. Malabsorbsi kalori
c. Malabsorbsi lemak (M.C Widjaja : 2008).

D. Gejala Diare
Gejala umum :
1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badanpun meninggi
2. Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah
3. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
4. Anusnya lecet
5. Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang
6. Muntah sebelum atau sesudah diare
7. Hipoklikemia (penurunan kadar gula darah)
8. Dehidrasi (kekurangan cairan) (M.C Widjaja : 2008).

Gejala spesifik :
1. Vibrio cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis
2. Disenteriform : tinja berlendir dan berdarah

E. Penularan Diare
Penyakit diare dapat ditularkan melalui :
1. Mulut yang memakan makanan yang trcemar atau tidak higienis
2. Feses yang mengandung kuman penyakit.
3. Proses pengolahan makanan tidak sehat sehingga tercemar oleh kuman-kuman penyebab diare. (Nurfarida, 2012).
F. Pecegahan Diare
1. Mencuci tangan : Anak harus diajarkan untuk mencuci tanganya, sedangkan pada bayi seirng dilap tanganya. Ibu juga harus mencuci tangan, terutams saat membari makan pada anak dan setelah memegang sesuatu yang kotor seperti setelah membersihkan kotoran bayi atau anak
2. Tutup makanan dengan tudung saji
3. Masak air minum dan makanan hingga matang
4. Jaga keberesihan makanan dan minuman : berikan ASI ekslusif minimal 6 bulan karena ASI mengandung imunoglobumin. (Nurfarida, 2012)

G. Patofisiologi Diare
Diare akut diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare non inflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin dikolon dengan menifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lender dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lender dan atau darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear. Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit (Sudoyo, 2006).
Mekanisme terjadinya diare akut maupun kronik dapat dibagi menjadi kelompok osmotic, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas.
1. Diare osmotic terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalm lumen yang menaruk air dari plasma sehingga terjadi diare.
2. Diare sekretorik terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbs yang berkurang ataupun sekressi yang meningkat. 
3. Diare eksudatif, inflamsi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar.
4. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu transit usaus menjadi lebih cepat. Yaitu akibat hiperperistaltik sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltic menurun akan menyebabkan bakteri tumbuh dan selanjutnya timbul diare. (Ngastiyah : 2005).

H. Pathway
Terlampir
I. Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005) komplikasi dari daire ada :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia(dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram)
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase.
6. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).

J. Pemeriksaan Penunjang Diare
Menurut Rusepno (2005), pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada pasien diare adalah
1. Pemeriksaan Tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinictest bila terdapat toleransi glukosa.
c. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
2. Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan). 
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektronik terutama kadar natrium, kalium dan fosfat dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetaui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama pada penderita diare kronik.
K. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada diare menurut Ngastiyah (2005) yaitu:
1. Pemberian cairan pada diare dengan memperhatikan derajad dehidrasinya dan keadaan umum:
a. Belum ada dehidrasi
Oral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas setiap diare. b) Pareteral dibagi rata dalam 24 jam.
b. Dehidrasi ringan
1 jam pertama: 25-50 cc/kg BB/oral atau intragastrik. b) Selanjutnya: 50-50 cc/kg BB/hari.
c. Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50-100 ml/kg BB/oral intragastrik b) Selanjutnya 125 ml/kg BB/hari
d. Dehidrasi berat
1) Untuk anak 1 bulan sampai 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.
2) 1 jam pertama: 40 ml/kg BB/jam atau 10 tetes/kg BB/menit (dengan infus 15 tetes) atau 13 tetes/kg.BB/menit (dengan infus 1ml = 20 tetes).
3) 7 jam kemudian: 12 ml/kg BB/ jam atau 3 tetes/kg BB/menit (dengan infus 1 ml = 15 tetes)
4) 16 jam berikut: 125 ml/kg BB oralit atau intragastrik, bila anak tidak mau minum, teruskan intra vena 2 tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/ kg BB/ menit (1ml = 20 tetes).
2. Pengobatan dietetic
a. Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas satu tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan yang diberikan:
1. Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, almiron, atau sejenis lainnya).
2. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
3. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya: susu yang mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
b. Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg jenis makanannya: makanan padat, cair atau susu sesuai dengan kebiasaan di rumah.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dan sebagainya).
a. Obat anti sekresi
Asetosal: dosis 25 ml/ tahun (minimum 30 mg). b) Klorpromazin: dosis 0,5 – 1 mg/kg BB/ hari
b. Obat anti diare: kaolin, pectin, charcoal, tabonal.
c. Antibiotik

















BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan verifikasi atau komunikasi data tentang klien selama pengkajian perawat mendapatkan dua tipe data yaitu :
1. Data subjektif : pengumpulan data dari sumber primer/ klien) merupakan persepsi klien tentang masalah kesehatannya biasanya mencangkup perasaan ansietas, ketidaknyamanan fisik atau stress mental.
a. Pasien mengeluh diare terus menerus
b. Pasien mengatakan feses encer/cair
c. Pasien mengeluh mulas
2. Data objektif: (pengumpulan data dari sumber sekunder) merupakan pengamatan atau pengukuran yang dibuat oleh pengumpul data.
a. Pasien terlihat tampak lemas
b. Pasien terlihat memegangi area perutnya 

3. Pola kesehatan fungsional
a. Pemeliharaan kesehatan 
Personal hygiene kurang : kebiasaan memelihara kuku, cuci tangan sebelum makan, makanan yang dihidangkan tidak tertutup, makanan basi.
b. Nutrisi dan metabolic 
Hipertermi, penuturan berat badan total sampai 50%, dnoteksia, muntah.
c. Eliminasi 
BAB Feces encer, frekuensi bervariasi dari > dari 3 sampai 8 kali per hari.
d. Aktifitas 
Kelemahan tidak toleran terhadap aktifitas.
e. Sensori 
Nyeri ditandai rasa sakit pada abdomen.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Tampak lemah dan kesakitan.
b. Tanda vital
Berat badan menurun 2% dehidrasi ringan
Berat badan menurun 5% dehidrasi sedang
Berat badan menurun 8% dehidrasi berat
TD menurun karena dehidrasi
RR meningkat karena hipermetabolisme, cepat dan dalam (kusmoul)
Suhu meningkat bila terjadi reaksi inflmasi
Nadi meningkat (nadi perifer melemah)
c. Mata: cekung
d. Mulut: mukosa kering
e. Abdomen: turgor jelek
f. Kulit: kering, kapilari refil > 2’

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare akut berhubungan dengan infeksi bakteri. 
2. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake dan menurunnya absorbsi makanan dan cairan.
4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekuensi BAB

C. INTERVENSI
1. Diagnosa : Diare akut berhubungan dengan  infeksi bakteri
Tujuan     : Diare dapat teratasi dalam jangka waktu secepatnya
Hasil yang diharapkan :
a. Konsistensi feses berbentuk
b. Tidak ada keluhan mengenai diare
c. Tidak terjadi lemas
Intervensi
g. Evaluasi intake makanan yang masuk
h. monitor tanda dan gejala diare
i. Observasi tugor kulit
j. Ukur diare atau keluara BAB

2. Diagnosa     : Kurangnya volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih
Tujuan        :  Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal.
Hasil yang diharapkan :
a. Pengisien kembali kapiler < dari 2 detik
b. Turgor elastik
c. Membran mukosa lembab
d. Berat badan tidak menunjukkan penurunan.
Intervensi :   
a. Monitor diare, muntah
b. Awasi tanda-tanda hipovolemik (oliguri, abd. Pain, bingung)
c. Monitor balance cairan
d. Monitor pemberian cairan parenteral
e. Monitor BB jika terjadi penurunan BB drastis
f. Monitor tanda tanda dehidrasi
g. Monitor vital sign
h. Berikan cairan peroral sesuai kebutuhan
i. Anjurkan pada keluarga agar tetap memberikan ASI dan makanan yang lunak
j. Kolaborasi dengan pemberian cairan parenteral
Kolaborasi pemberian obat antidiare, antibiotik, anti emeti dan anti piretik sesuai program.
3. Diagnosa     : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake absorbsi makanan
Tujuan        :  Peningkatan status nutrisi
Hasil yang diharapkan :
a. BB dalam batas normal
b. Bebas dari tanda malnutrisi
c. Mengkonsumsi nutrisi yang adekuat.
Intervensi :   
a. Monitor berat badan
b. Monitor intake dan output
c. Kaji pola makan klien
d. Kaji kebiasaan makan klien dan makanan kesukaannya
e. Anjurkan pada keluarga untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan
f. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang kebutuhan kalori dan tipe makanan yang dibutuhkan
g. Monitor pemberian masukan cairan lewat parenteral.

4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan : Keseimbangan termoregulasi
Hasil yang di harapkan
a. suhu tubuh dalam rentang normal
b. vital sign dalam batas normal
Intervensi
a. Monitor suhu
b. Monitor vital sign
c. Monitor intake dan output
d. Berikan selimut pada pasien
e. Tingkatkan intake cairan
f. Ajarkan keluarga untuk mengompres pasien
g. Kolaborasi pemberian antipiretik

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekuensi BAB
Tujuan : Penurunan kerusakan integritas jaringan
Hasil yang di harapkan:
a. Tidak ada tanda infeksi
b. Menunjukkan adanya proses penyembuhan luka
Intervensi
Monitor kulit
Ganti popok dengan sering
Oleskan salep (zink

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Askep DADS NIC NOC

0 komentar:

Posting Komentar