Kumpulan Askep Skripsi Pathway Tesis Keperawatan Kesehatan

Rabu, 17 Agustus 2016

LP dan LK Askep Gastroenteritis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Gastroenteritis biasa disebut diare adalah salah satu penyakit yang banyak terjadi di Indonesia. Gastroenteritis dapat menyerang pada semua kelompok usia. Tidak jarang penyakit ini menyebabkan kematian pada si penderita. Hal ini dikarenakan oleh ketidakmampan si penderita menoleransi kehilangan elektrolit dan cairan dari tubuhnya.
Gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabakan oleh berbagai bakteri, virus dan patogen parasitik (Donna L Wong, 2004).
Penyakit gastroenteritis di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survey morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Gastroenteritis, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit gastroenteritis 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 426/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 23  orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB gastroenteritis di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 orang, dengan jumlah kematian 73 orang (CFR 1,74%). (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2011). 
Adapun komplikasi dari gastroenteritis yaitu dehidrasi, syok hypovolemik yang terdekompensasi, hipokalemia dengan gejala meteorisme, hipotermi, lemah, hipoglikemia dan intoleransi laktosa selinder sebagai akibat deferensi enzim iktosa karena kerusakan mukosa usus halus (Nursalam, 2005).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat pada klien yang menderita gastroenteritis
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahu pengertian gastroenteritis
b. Untuk mengetahui etiologi gastroenteritis
c. Untuk mengatahui komplikasi dari gastroenteritis
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis gastroenteritis
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan gastroenteritis
f. Untuk mengetahui patofisiologi gastroenteritis
g. Untuk mengetahui pengkajian  gastroenteritis
h. Untuk mengetahui diagnosa gastroenteritis
i. Untuk mengetahui intervensi gastroenteritis


BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi sati kali atau lebih buang air dengan bentuk tinja encer atau cair. (Suardi, 2005)
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa dehidrasi disertai muntah. Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasa (Sowdent, 2005).
Dari beberapa pengerian di atas maka dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh bakteri, virus dan patogen yang dapat mengakibatkan gejala diare, hilangnya nafsu makan, mual dan muntah serta rasa tidak enak di perut.

B. Etiologi
1. Faktor Infeksi
a. Bakteri, enteropathogeni (escheria coli, salmonela, shigella, gersiria, enterolitica)
b. Virus : entrovirus, echoviruses, adenovirus, human retroria seperti agent, rebuilus
c. Jamur : Candida enteritis
d. Parasit : gradia clamblia, cyrospodium
e. Protozoa
2. Bukan faktor infeksi :
a. Alergi makanan, susu, protein
b. Gangguan metabolik atau mal absorbsi, penyakit celiac, cystic fibrosis pada pankreas. 
c. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan 
d. Obat-obatan antibiotik
e. Penyakit usus, colitis ulceratif, crotin, disease, anterocolilis
f. Emosional atau stres
g. Abstruksi usus (Suriadi, 2001)
C. Tanda Gejala
1. Nyeri perut (abdominal discomfort)
2. Rasa perih di ulu hati
3. Mual, kadang-kadang sampai muntah
4. Nafsu makan berkurang
5. Rasa lekas kenyang
6. Perut kembung
7. Rasa panas di dada dan perut
8. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).

D. Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis terdiri dari faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan, dan faktor psikologis. Pertama, faktor infeksi akan mengalami reaksi inflamasi sehingga terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit yang menyebabkan isi rongga usus meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi makanan di usus menyebabkan tekanan osmotik meningkat dan terjadi pergeseran cairan & elektrolit ke usus, sehingga juga meneybabkan isi rongga usus meningkat. Ketiga faktor makanan, dimana faktor makanan disini adlah makanan yang beracun, basi maupun alergi terhadap makanan dimana hal ini akan menyebabkan gangguan motilitas usus. Keempat, faktor  psikologis (cemas atau rasa takut yag berlebih) yang menyebabkan adanya rangsangan simpatis dan juga terjadi gangguan motilitas usus. Gangguan motilitas usus terbagi menjadi 2, yaitu hipermotilitas dan hipomotilitas. Hipermotilitas akan menyebabkan terjadinya peningkatan sekresi air & elektrolit, sedangkan hipomotilitas akan menyebabkan adanya pertumbuhan bakteri. Terjadinya peningkatan di isi rongga usus, sekresi air dan elektrolit, serta adanya pertumbuhan bakteri menyebabkan terjadi penyakit gastroenteritis.
Gastroenteritis memiliki gejala dehidrasi yaitu kehilangan cairan & elektrolit tubuh dimana pada saat itu terjadi penurunan volume cairan ekstra sel dan juga terjadi penurunan cairan interstesial yang menyebabkan turgor kulit menurun, maka dalam hal ini timbul masalah yaitunya kekurangan volume cairan dan cemas pada kliennya. Gejala yang kedua yaitu kerusakan mukosa usus yang menyebabkan si penderita merasakan nyeri. Gejala yang ketiga adalah sering terjadinya defekasi yang menyebabkan terjadi resiko kerusakan integritas kulit. Gejala selanjutnya adalah terjadinya peningkatan eksresi sedangakan asupan nutrisi tidak terpenuhi, pada hal terjadi ketidakseimbangan nutrisi.
E. Komplikasi
1. Dehidrasi 
2. Hipokalemi
3. Hipokalsemi
4. Cardiac dysrhytimias akibat hipotalemi dan hipokalsemi
5. Hiponatremi
6. Syok hipovolemik
7. Asidosis (Suriadi, 2001)

F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan tinja : makroskopis dan mikroskopis, PH dan kadar gula jika  diduga ada toleransi gula (sugar tolerance) biakan  kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotik. 
2. Pemeriksaan darah : darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca dan P serum pada diare yang disertai kejang). 
3. Pemeriksaan kadar ureum dari kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal. 
4. Duodenal inkubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kualitatif dan kuantitaf terutama pada diare kronik. 

G. Penatalaksanaan
1. Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak umur < 2 tahun (BB 3 – 10 kg)

Dehidrasi
PWL
NWL
CWL
Jumlah
-          Ringan
50
100
25
175
-          Sedang
75
100
25
200
-          Berat
125
100
25
250
2.      Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak umur 2-5 tahun (BB 0-15 kg)
Dehidrasi
PWL
NWL
CWL
Jumlah
-          Ringan
30
80
25
135
-          Sedang
50
80
25
155
-          Berat
80
80
25
185
3.      Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak > 15 tahun  (BB 15-25 kg)
Dehidrasi
PWL
NWL
CWL
Jumlah
-          Ringan
25
65
25
115
-          Sedang
50
65
25
140
-          Berat
80
65
25
170
(Mansjoer, 2001 ; 471)
4.      Kehilangan cairan pada dehidrasi berat menurut Berat Badank pasien dan Umur
Berat Badan
Umur
PWL
NWL
CWL
Jumlah
0-3 kg
0-1 bln 
150
125
25
300
3-10 kg
1 bl-2 th
125
100
25
250
10-15 kg
2-5 th
100
800
25
205
15-25 kg
5-10 th
80
25
25
130
(Ngastiyah, 1997 ; 146)
Keterangan :
a.       PWL (Pervius Water Losses) (ml / kg BB) à Cairan yang hilang karena muntah.
b.      NWL (Normal Water Losses) (ml / kg BB à Karena urin, penguapan kulit, pernafasan
c.       CWL (Concomifant Water Loser) (ml / kg BB) à Karena diare dan muntah-muntah terus
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAAN

A. Pengkajian Primer
1. Airway
Klien dengan gastroenteritis biasanya didapatkankondisi dengan karakteristik adanya mual dan muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi, alergi atau keracunan zat makanan
Emergency treatment :
a. Pastikan kepatenan jalan napas
1) Kaji adanya penyumbatan jalan napas seperti air ludah, muntahan, dan secret.
2) Pasien dimiringkan ke kanan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan.
3) Lidah dijaga agar tidak menghalangi jalan nafas atau tergigit.
b. Siapkan alat bantu untuk menolong jalan napas jika perlu
c. Jika terjadi perburukan jalan napas segera hubungi ahli anestesi dan bawa ke ICU
2. Breathing
Pada klien GED dapat ditemkan abnormalitas metabolik atau ketidak seimbangan asam basa yang dapat menimbulkan gangguan pernapasan.
Emergency treatment:
a. Kaji respiratory rate
b. Kaji saturasi oksigen
c. Berikan oksigen jika ada hypoksia untuk mempertahankan saturasi > 92%
d. Auskultasi dada
e. Lakukan pemeriksaan rontgent
3. Circulation
Pada klien GED ditemukan penurunan kadar kalium darah di bawah 3,0 mEq / liter (SI : 3 mmol / L) sehingga menyebabkan disritmia jantung (talukardio atrium dan ventrikel, febrilasi ventrikel dan kontraksi ventrikel prematur).
Emergency treatment:
a. Kaji denyut jantung
b. Monitor tekanan darah
c. Kaji lama pengisian kapiller
d. Pasang infuse, berikan ciaran jika pasien dehidrasi
e. Periksakan dara lengkap, urin dan elektrolit
f. Catat temperature
g. Lakukan kultur jika pyreksia
h. Lakukan monitoring ketat
i. Berikan cairan per oral
j. Jika ada mual dan muntah, berikan antiemetik IV.
4. Disability
Pada klien GED terjadi penurunan tingkat kesadaran karena dehidrasi dengan gejala seperti gelisah, kulit yang lembab, lengket dan dingin dan berkeringat tidak muncul sampai total volume darah yang hilang sebesar 10-20% sehingga dapat menyebapkan terjadinya syok hipovolemik.
Emergency treatment :
a. Pantau tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, curah jantung, refleks korneal, batuk dan muntah, tonus otot dan pergerakan motorik.
b. Perhatikan perubahan pasien sebagai respon terhadap stimulus.
c. Tinggikan bagian kepala sampai 45 derajat, bergantung pada kondisi pasien.
5. Exposure
Klien GED biasanya mengalami dehidrasi akibatnya dapat terjadi peningkatan suhu tubuh karena proses infeksi sekunder.
Emergency treatment:
a. Kaji riwayat sedetil mungkin
b. Kaji makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya
c. Kaji tentang waktu sampai adanya gejala
d. Kaji apakah ada anggota keluarga atau teman yang terkena
e. Apakah sebelumnya baru mengadakan perjalanan?
f. Lakukan pemeriksaan abdomen
g. Lakukan pemeriksaan roentgen abdominal
h. Ambil samper feses untuk pemeriksan mikroskopi, kultur dan sensitivitas
i. Berikan anti diare seperi codein atau loperamide sampai hasil kultur diketahui
j. Jangan dulu berikan antibiotic sampai dengan hasil kultur diketahui
k. Laporkan jika mengalami keracunanan makanan

B. Pengkajian Sekunder
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi  usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB cair lebih dari 3 x
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan  makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
1) feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
2) Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
3) AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
4) Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
10. Terapi
a. Rehidrasi
Jenis cairan
1) Cara rehidrasi oral :
a) Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti orali, pedyalit setiap kali diare.
b) Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
2) Cara parenteral
a) Cairan I  : RL dan NS
b) Cairan II : D5  ¼ salin,nabic. KCL
c) D5 : RL = 4 : 1  + KCL
d) D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
e) HSD (half strengh darrow) D ½  2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3 bulan.
Jalan pemberian
1) Oral  (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
2) Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)
3) Jumlah Cairan ; tergantung pada :
a) Defisit ( derajat dehidrasi)
b) Kehilangan sesaat (concurrent less)
c) Rumatan (maintenance).
d) Jadwal / kecepatan cairan
e) Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :
BB (kg) x 50 cc
BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.
Terapi standar pada anak dengan diare sedang : + 50 cc/kg/3 jam  atau 5 tetes/kg/mnt
C. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b/d output cairan yang berlebihan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
a. Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50  c, RR : < 40 x/mnt )
b. Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
c. Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari



Intervensi
Rasional
Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit




Pantau intake dan output




Timbang berat badan setiap hari



Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr


Kolaborasi :
-          Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)

-          Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur

-          Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
Penurunan sirkulasi volume cairan menyebapkan kekeringan mukosa dan pemekat urine. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.

Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.

Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt

Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral


Koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).

Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.

Anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.

1.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah.
Tujuan : setelah dilakukan  tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :
a.       Nafsu makan meningkat
b.      BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi
Rasional
Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)

Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau  yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat

Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan

Monitor  intake dan out put dalam 24 jam

Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a.       terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b.      obat-obatan atau vitamin ( A)
Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.

Situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.



Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan

Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.

Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan

2.      Resiko gangguan integritas kulit b/d iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu
Kriteria hasil :
a.       Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
b.      Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
Intervensi
Rasional
Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur

Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)

Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman

Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces


Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .




Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : LP dan LK Askep Gastroenteritis

0 komentar:

Posting Komentar