Kumpulan Askep Skripsi Pathway Tesis Keperawatan Kesehatan

Jumat, 15 Juli 2016

Askep Diabetes Mellitus

Askep Diabetes Mellitus
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Diabetes mellitus disebut juga penyakit kencing manis karena berhubungan dengan keadaan air seni penderita yang banyak mengandung glukosa sebagai akibat proses pemakaian gula di dalam tubuh tidak dapat berlangsung normal dalam memenuhi kebutuhan energi.
Diabetes Melitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi atau penurunan efektifitas insulin.
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis metabolisme abnormal yang mmerlukan pengobatan seumur hidup dengen diet, latihan dan obat-obatan.
Insulin adalah zat atau hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas. Pankreas merupakan sebuah organ yang berada di belakang lambung. Hormon insulin ini sangat berperan dalam mengatur kadar gula darah.

B. Etiologi
1. DM Tipe I
a. Faktor genetik
b. Faktor imunologi
c. Faktor lingkungan
2. DM Tipe II
Belum diketahui diduga karena genetik. Adapun faktor lain :
a. Usia
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
3. DM Gestasional
4. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan  keadaan atau sindroma lainnya

C. Klasifikasi / Tipe DM
1. Tipe I
Diabetes  mellitus tergantung pada insulin (IDDM)
Pankreas tidak bisa menghasilkan insulin secara absolut sehingga seumur hidup tergantung insulin dari luar dan kebanyakan terjadi pada usia dibawah 40 tahun.
2. Tipe II
Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
Pankreas masih bisa menghasilkan insulin secara relatif, kebanyakan terjadi pada usia diatas 40 tahun dan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang berimbas pada gaya hidup.
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan  keadaan atau sindroma lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional

D. Gejala-Gejala Diabetes Mellitus
Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari oleh penderita. Beberapa gejala penyakit diabetes yaitu
1. Gejala khas DM yaitu sering buang air kecil (Poliuria) sering haus (Polidipsia) sering lapar (Polifagia) yang diikuti oleh tubuh yang cepat lelah.
2. Kurang tenaga serta badan cepat menjadi kurus tanpa penyebab yang jelas, meskipun makannya banyak.
3. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.
4. Kadar glukosa darah dua jam sesuadah makan lebih dari 200 mg/dl.

Gejala lain yang biasanya muncul adalah
1. Adanya rasa kesemutan
2. Sering gatal-gatal
3. Sering keputihan
4. Bila terkena infeksi sulit untuk sembuh
5. Bisul yang hilang timbul
6. Penglihatan kabur
7. Cepat lelah
8. Mudah mengantuk

E. Faktor-faktor Risiko Diabetes Mellitus
Secara singkat faktor risiko atau faktor pencetus diabetes mellitus adalah
1. Faktor keturunan
Penyakit diabetes mellitus kebanyakan adalah penyakit keturunan bukan penyakit menular. Artinya bila orang tuanya menderita diabetes, anak-anaknya kemungkinan akan menderita diabetes juga.
2. Usia.
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara dramatis turun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan setelah usia 45 tahun.
3. Pola makan yang tidak seimbang.
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan resiko terkena diabetes. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas. Sedangkan obesitas (Kegemukan) dapat mengakibatkan gangguan kerja insulin.
4. Kegemukan (Obesitas).
Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan, dalam hal karbohidrat, lemak maupun protein tetapi juga karena kurang bergerak. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi tubuh merupakan salah satu risiko untuk menderita penyakit kronis, seperti diabetes mellitus.
5. Kurang olah raga.
6. Hipertensi.
Umumnya tekanan darah diatas 140/90 mmHg mempunyai faktor risiko terkena diabetes mellitus
7. Mempunyai riwayat melahirkan bayi dengan berat bayi lahir lebih dari 4000 gram.
8. Riwayat diabetes mellitus pada waktu hamil.
9. Kadar lemak darah tidak normal.
Kolestrol HDL 35 mg/dl dan atau trigliserida lebih dari 250 mg/dl
10. Penderita penyakit jantung koroner, TBC dan penyakit hipertiroid.

F. Komplikasi Diabetes Mellitus
Komplikasi diabetes mellitus dapat muncul secara akut dan secara kronik yaitu timbul beberapa bulan atau beberapa tahun setelah mengidap mulai dari rambut sampai ujung kaki termasuk semua alat tubuh didalamnya. Komplikasi tersebut tidak akan muncul jika perawatan diabetes mellitus dilaksanakan dengan baik, tertib dan teratur.
Diabetes mellitus dapat mempengaruhi bagian-bagian tubuh berikut ini yaitu
1. Rambut
Penderita diabetes mellitus yang sudah menahun dan tak terawat secara baik, biasanya rambutnya lebih tipis. Bila akar rambut terserang, rambut menjadi mudah rontok.
2. Mata
a. Bila kadar glukosa didalam darah mendadak tinggi lensa mata menjadi cembung dan penglihatan penderita menjadi kabur.
b. Penyakit diabetes mellitus dapat menyebabkan lensa mata menjadi keruh (Tampak putih) dan penderita mengeluh kabur, lensa yang keruh ini disebut katarak
c. Komplikasi menahun pada mata yang lain adalah meningkatnya tekanan bola mata yang disebut glaukoma.
3. Gigi dan gusi
Karena jaringan yang mengikat gigi pada rahang mudah rusak, gigi penderita diabetes mellitus mudah goyah bahkan mudah rusak.
4. Paru
Penderita diabetes mellitus jika batuk umumnya lama sembuhnya karena pertahanan tubuhnya menurun. Dibandingkan dengan orang normal, penderita diabetes mellitus lebih mudah menderita TBC paru.
5. Jantung
Penderita diabetes mellitus lebih mudah menderita penyakit jantung koroner yaitu penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner. Dibandingkan dengan orang normal,  penderita diabetes mellitus dua kali lebih mudah menderita serangan jantung. Selain itu karena keadaan diabetes mellitus yang kurang baik dan telah berlangsung lama, daya pompa otot jantung sedemikian lemah dan penderita diabetes mellitus sesak nafas ketika jalan ataupun naik tangga.
6. Ginjal
Penderita diabetes mellitus mempunyai kecenderungan tujuh belas kali lebih mudah mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan ginjal orang normal. Hal ini disebabkan oleh faktor infeksi yang berulang-ulang yang sering timbul pada diabetes mellitus dan adanya faktor penyempitan pembuluh darah kapiler di dalam ginjal.
7. Gangren Diabetik
Semua luka atau radang yang terjadi pada daerah dibawah mata kaki harus segera diobati dan bila perlu dirawat di rumah sakit. Bila terlambat, mudah timbul gangren diabetik (luka kehitaman karena sebagian jaringannya mati dan berbau busuk) dan tidak jarang pada akhirnya kaki harus dipotong (diamputasi).
8. Kulit
Pada umumnya kulit penderita diabetes mellitus kurang sehat atau kuat dalam hal pertahanannya sehingga mudah terkena infeksi dan penyakit jamur.
Komplikasi akut diabetes mellitus yang paling sering adalah
1. Reaksi hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa dengan tanda-tanda : rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing dan sebagainya.
2. Koma diabetik
Koma diabetik timbul karena kadar glukosa didalam darah terlalu tinggi dan biasanya lebih dari 600 mg/dl.

G. Pencegahan
Penyakit diabetes sebenarnya dapat dicegah dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Menjaga berat badan.
Menjaga berat dan dapat dilakukan melalui :
a. Mencapai dan mempertahankan berat badan ideal
b. Menurunkan berat badan bila kegemukan
2. Melakukan olahraga
Olahraga sebaiknya dilakukan secara teratur, paling tidak 3-4 kali seminggu selama 30 menit.
3. Mengkonsumsi makanan yang seimbang
Agar makanan seimbang, sebaiknya disesuaikan dengan proses pertumbuhan, status gizi, umur, kegiatan jasmani dan lain sebagainya.
4. Bagi penderita atau yang mempunyai riwayat keluarga diabetes mellitus hendaknya berhati-hati terhadap makanan dibawah ini.
a. Yang harus dihindari
Gula murni : gula pasir, gula jawa
Makanan dan minuman yang terbuat dari gula murni : manisan, sirup, cake, susu kental manis, coklat, es krim dan lain-lain.
b. Yang harus dibatasi
Makanan yang mengandung karbohidrat : nasi, ubi, singkong, roti, mie, kentang, jagung dan makanan yang diolah dari tepung-tepungan.

H. Patofisiologi 
Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuak menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah hancur oleh proses autoimun. Hiperglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan)
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine (Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan dalam berkemih, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (Polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta substansi lain) namun pada penderita defisinesi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebih. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas bau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan kematian. Pemberian insulin bersama dengan cairan dan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis.
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin  disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat. Insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (Selamanya bertahun-tahun) dan progresif maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terditeksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi, pandangan kabur.
Diabetes Gestasional terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormon-hormon plasenta. Semua wanita hamil harus menjalani skrining pada usia kehamilan 24 hingga 27 minggu untuk mendeteksi kemungkinan diabetes. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah akan kembali normal.

I. Penatalaksanaan 
1. Perencanaan makan (meal Planning)
2. Latihan jasmani
3. Obat
 Macam-macam insulin
a. RI (Reguler Insulin)
Daya kerjanya pendek (6-8 jam)
b. Monotard (protamin Zink / PZI)
Daya kerjanya panjang (24-36jam)
c. Insulin Nordisk
Daya kerjanya pendek (6-8 jam)


J. Patway Keperawatan


BAB II
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

A. Pengertian

B. Batasan karakteristik
1. Mayor
2. Minor

BAB II
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
()

A. Definisi

B. Batasan karakteristik
1. Mayor (Harus terdapat)
2. Minor


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan eliminasi (Poliuria)
2. Resiko infeksi

B. Intervensi dan rasional
1. Gangguan Eliminasi (Poliuria)
Berhubungan dengan
a. Diuresis osmotik (Dari hiperglikemia)
b. Poliuria
Kemungkinan dibuktikan oleh
a. Peningkatan haluan urine
b. Klien sering turun dari tempat tidur untuk berkemih
Kreteria Hasil
Klien dapat berkemih tanpa harus turun dari tempat tidur

Tindakan / Intervensi dan Rasional
a. Dapatkan riwayat pasien / orang terdekat sehubungan dengan lamanya / intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang sangat berlebihan.
Rasional
Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total. Tanda dan gejala mungkin sudah ada pada beberapa waktu sebelumnya (Beberapa jam sampai beberapa hari)
Adanya proses infeksi mengakibatkan demam dan keadaan hipermetabolik yang meningkatkan kehilangan air tidak kasat mata.
b. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
Rasional
Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia. Perkiraan berat ringannnya hipovolemaia dapat dibuat ketika tekanan darah sistolik pasien turun lebih dari 10 mmHg dari posisi berbaring ke posisi duduk/ berdiri.
Catatan : Neuropati jantung dapat memutuskan refleks-refleks yang secara normal meningkatkan denyut jantung.
c. Pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul atau pernapasan berbau keton
Rasional
Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang menghasilkan kompensasi alkalosis respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis. Pernapasan yang berbau aseton berhubungan pemecahan asam aseto-asetat dan harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi.
d. Frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otrot bantu pernapasan dan adanya periode apnea dan munculnya sianosis
Rasional
Koreksi hiperglikemi dan asidosis akan menyebabkan pola dan frekuensi pernapasan mendekati normal. Tetapi peningkatan kerja pernapasan : penapasan dangkal, pernapasan cepat dan munculnya sianosis mungkin merupakan indikasi dari kelelahan pernapasan dan atau mungkin pasien itu kehilangan kemampuannya untuk melakukan kompensasi pada asidosis.

e. Suhu, warna kulit ataui kelembabannya
Rasional
Meskipun demam, menggiggil dan diaforesis merupakan hal umum terjadi pada proses infeksi, demam dengan kulit yang kemerahan, kering mungkin sebagai cermin dari dehidrasi.
f. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
Rasional
Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat
g. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine
Rasional
Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
h. Ukur berat badan setiap hari
Rasional
Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
i. Pertahankan untuk memberikan cairan sedikit 2500 ml/hr dalam batas yang dapat ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat diberikan
Rasional
Mempertahankan hidrasi / volume sirkulasi
j. Tingkatkan lingkungan yang dapat menimbulkan rasa nyaman. Selimuti pasien dengan selimut tipis.
Rasional
Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap pasien lebih lanjut akan dapat menimbulkan kehilangan cairan.

k. Kaji adanya perubahan mental/sensori
Rasional
Perubahan mental dapat berhubungan dengan glukosa yang tinggi atau yang rendah (Hiperglikemia atau hipoglikemia), elektrolit yang abnormal, asidosis, penurunan perfusi serebral dan berkembangnya hipoksia. Penyebab yang tidak tertangani, gangguan kesadaran dapat menjadi predisposis (Pencetus) aspirasi pada pasien.
l. Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah dan distensi lambung.
Rasional
Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung yang seringkali akan menimbulkan muntah dan secara potensial akan menimbulkan cairan atau elektrolit.
m. Observasi adanya perasaan kelelahan yang meningkat edema, peningatan berat badan, nadi tidak teratur dan adanya distensi pada vaskuler
Rasional
Pemberian cairan untuk perbaikan yang capat mungkin sangat berpotensi menimbulkan kelebihan beban cairan dan GJK
n. Kolaborasi
1). Berikan terapi cairan sesuai dengan indikasi
Normal salin atau setengah normal salin dengan atau tanpa dektrose
Rasional
Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respon pasien secara individual.
Albumin, plasma atau dektran
Rasional
Plasma ekspander (pengganti) kadang dibutuhkan jika kekurangan tersebut mengancam atau tekanan darah sudah tidak dapat kembali normal dengan usaha-usaha rehidrasi yang telah dilakukan.
2). Pasang / pertahankan kateter urine tetap terpasang
Rasional
Memberikan pengukuran yang tepat/akurat terhadap pengukuran haluaran urine terutama jika neuropati otonom menimbulkan gangguan kantung kemih (retensi urine / inkontinesia). Dapat dilepas jika pasien berada alam keadaan stabil untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi.
3). Pantau pemeriksaan laboratorium
Hematokrit
Rasional
Mengkaji tingkat hidrasi dan seringkali meningkat akibat hemokonsetrasi yang terjadi setelah diuresis osmotik
BUN/Kreatinin
Rasional
Peningkatan nila dapat mencerminkan kerusakan sel karena dehidrasi atau tanda awitan kegagalan ginjal.
Osmolalitas darah
Rasional
Meningkat sehubungan dengan adanya hiperglikemia dan dehidrasi
Natrium
Rasional
Mungkin menurun yang dapat mencerminkan perpindahan cairan dari intrasel (Diuresis Osmotik). Kdar natrium yang tinggi mencerminkan kehilangan cairan / dehidrasi berat atau reabsorsi antrium dalam berespons terhadap sekresi aldosteron.

Kalium
Rasional
Awalnya akan terjadi hiperglikemia dalam berespons pada asidosis, namun selanjutnya kalium ini akan hilang melalui urine, kadar kalium absolut dalam tubuh berkurang. Bila insulin diganti dan asidosis teratasi, kekurangan kalium serum justru akan terlihat.
4). Berikan kalium atau elektrolit yang lain melalui IV dan atau melalui oral sesuai indikasi
Rasional
Kalium harus ditambahkan pada IV (segera urine adekuat) untuk mencegah hipokalemia. Catatan fosfat dapat diberikan jika cairan IV mengandung natrium klorida untuk mencegah kelebihan beban klorida.
5). Berikan bikarbonat jika pH kurang dari 7,0
Rasional
Diberikan dengan hati-hati untuk membantu memperbaiki asidosis pada adanya hipotensi atau syok.
6). Pasang selang NGT dan lakukan penghisapan sesuai dengan indikasi
Rasional
Mendekompresi lambung dan dapat menghilangkan muntah.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan
Ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh jaringan mengakibatkan metabolime protein / lemak)
Penurunan masukan oral : Anoreksia, mual, lambung penuh
a. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi
Rasional
Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorpsi dan utilisasinya)
b. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien
Rasional
Mengidentifikasi kekurangan dan penmyimpangan dari kebutuhan terapeutik
c. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual muntah makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai indikasi
Rasional
Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan  elektrolit dapat menurunkan motilitas / fungsi lambung (Distensi atau ileus paralitik) yang akan mempengaruhi pilihan intervensi.
Catatan : kesulitan jangka panjang dengan penurunan pengosongan lambung dan motilitas usus yang rendah mengisyaratkan adanya neuropati otonom yang mempengaruhi saluran pencernaan dan memerlukan pengobatan secara simtomatik.
d. Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (Nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui pemberian cairan melalui oral. Dan selanjutnya terus mengupayakan pemberian makanan yang lebih padat sesuai dengan yang dapat ditoleransi.
Rasional
Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik.
e. Identifikasi makanan yang disukai / dikehendaki termasuk kebutuhan etnik / kultural
Rasional
Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerja sama ini dapat diupayakan setelah pulang.


f. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai indikasi
Rasional
Meningkatkan rasa keterlibatannya : memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien. Catatan : Berbagai metode bermanfaat untuk perencanaan diet meliputi pergantian daftar menu, sistem perhitungan kalori, indeks glikemik atau seleksi awal menu.
g. Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab / dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan
Rasional
Karena metabolisme mulai terjadi (Gula darah akan berkurang dan sementara tetap diberikan insulin maka hipoglikemia dapat terjadi. Jika pasien dalam keadaan koma, hipoglikemia mungkin terjadi tanpa memperlihatkan perubahan tingkat kesadaran. Ini secara potensial dapat mengancam kehidupan yang harus dikaji dan ditangani secara cepat melalui tindakan protokol yang direncanakan.
Catatan : DM tipe I yang telah berlangsung lama mungkin tidak akan menunjukkan tanda-tanda hipoglikemia seperti biasanya karena respon normal terhadap gula darah yang rendah mungkin dikurangi.
h. Kolaborasi
1). Lakukan pemeriksan gula darah dengan menggunakan ‘Finger Stick”
Rasional
Analisa ditempat tidur terhadap gula darah lebih akurat (Menunjukkan keadaan saat dilakukan pemeriksaan) dari pada memantau gula dalam urine (Reduksi Urine) yang tidak cukup akurat utuk mendeteksi fluktuatif kadar gula darah dan dapat dipengaruhi oleh ambang ginjal pasien secara individual atau adanya retensi urine / gagal ginjal.
Catatan : beberapa penelitian telah menemukan bahwa glukosa urine 20% berhubungan dengan gula darah antara 140-360 mg/dl
2). Pantau pemeriksan laboratorium, seperti gula darah, aseton, pH dan HCO3
Rasional
Gula darah akan menurun perlahan dengan pengganti cairan dan terapi insulin terkontrol. Dengan pemberian insulin dosis optimal, glukosa kemudian dapat masuk ke dalam sel dan digunakan untuk sumber kalori. Ketika hal ini terjadi, kadar aseton akan menurun dan asidosis dapat dikoreksi.
3). Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode IV secara intermiten atau secara kontinu. Seperti bolus IV diikuti dengan tetesan yang kontinu melalui alat pompa kira-kira 5-10 UI/Jam sampai glukosa darah mencapai 250 mg/dl
Rasional
Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel. Pemberian melalui IV merupakan rute pilihan utama karena absorsi dari jaringan subcutan mungkin tidak menentu / sangat lambat. Banyak orang percaya / berpendapat bahwa metode kontinu ini merupakan cara yang optimal untuk mempermudah transisi pada metabolisme karbohidrat dan menurunkan insiden hipoglikemia.
4). Berikan larutan glukosa misalnya dektrose dan setengah samin normal
Rasional
Larutan glukosa ditambahkan setelah insulin dan cairan membawa gula darah kira-kira 250 mg/dl. Dengan metabolisme karbohidrat mendekati normal, perawatan harus diberikan untuk menghindari terjadinya hipoglikemia.

5). Lakukan konsultasi dengan ahli diet
Rasional
Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien : menjawab pertanyaan dan dapat pula membantu pasien atau orang terdekat dalam mengembangkan perencanaan makan.
6). Berikan obat metaklopramid (reglan), tetracyklin)
Rasional
Dapat bermanfaat dalam mengatasi gejala yang berhubungan dengan neuropati otonom yang mempengaruhi saluran cerna yang selanjutnya meningkatkan pemasukan melalui oral dan absorpsi zat makan (Nutrien)
3. Resiko infeksi
Faktor risiko
a. Kadar glokosa tinggi, penurunan leukosit, perubahan pada sirkulasi
b. Infeksi pernafasan yang ada sebelumnya atau ISK
Kreteria Hasil
a. Mengeidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan risiko infeksi
b. Mendemonstrasikan teknik, perunahan gaya hidup utuk mencegah terjadinya infeksi.
Tindakan / intervensi dan rasional
a. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan yaitu demam, kemerahan, adanya pus pada luka, sputum purulen, urine warna keruh atau berkabut.
Rasional
Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
b. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasiennya sendiri.
Rasional
Mencegah timbulnya infeksi silang (Infeksi Nosokomial)
c. Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur invasif. Mis pemasangan infus, kateter folley dsb. Pemberian obat intravena dan memberikan perawatan pemeliharaan. Lakukan pengobatan melalui IV sesuai indikasi.
Rasional
Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadikan media terbaik yang pertumbuhan kuman.
d. Pasang kateter / lakukan perawatan perineal dengan baik. Ajarkan pasien wanita untuk membersihkan daerah perinealnya dari depan ke arah belakang setelah eliminasi.
Rasional
Mengurangi risiko terjadinya infeksi kemih. Pasien koma mungkin memiliki risiko yang khusus jika terjadi retensi urine pada saat awal dirawat. Cacatan : pasien DM wanita lansia merupakan kelompok utama yang laing berisiko terjadi infeksi saluran kemih / vagina.
e. Berikan perawatan kulit dengan teratur dengan teratur dan sungguh-sungguh, masage daerah yang tertekan, jaga kulit tetap kering, linen kering dan tetap kencang
Rasional
Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien peningkatan risiko terjadinya kerusakan pada kulit / iritasi kulit dan infeksi.
f. Auskultasi bunyi nafas
Rasional
Ronki mengindikasikan adanya akumulasi sekret yang mungkin berhubungan dengan pnemonia / bronkitis (mungkin sebagai pencetus dari DKA). Edema paru (Bunyi krekels) mungkin sebagai akibat dari pemberian cairan yang terlalu cepat / berlebihan atau GJK
g. Lakukan perubahan posisi dan anjurkan untuk batuk efektif / napas dalam jika pasien sadar dan kooperatif. Lakukan penghisapan lendir pada jalan napas dengan menggunakan teknik steril sesuai keperluannya.
Rasional
Membantu dalam memventilasikan semua daerah paru dan memobilisasi sekret. Mencegah agar sekret tidak statis dengan terjadinya peningkatan terhadap risiko infeksi.
h. Kolaborasi
Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitivitas sesuai dengan indikasi
Berikan obat antibiotik yang sesuai
Rasional
Untuk mengidentifikasi organisme dapat memilih / memberikan terapi antibiotik yang terbaik.
Penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.



Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Askep Diabetes Mellitus

0 komentar:

Posting Komentar